Cari

Monday, January 27, 2014

KEPERGOK GEMBONG MALING

Kali ini Fian pulang sekolah tidak seperti biasanya. Bajunya luruh dan sobek disana sini. Lengannya lecet dan sebagian meneteskan darah segar. Jalannya terpincang-pincang. Mukanya pucat memendam kepedihan.



            Ternyata, dia telah berurusan polisi. Dia telah mencuri sepeda motor milik tetangganya. Memang, sepeda motor itu harganya sangat mahal. Harganya hampir mencapai 1 milyar. Fian tertarik dengan motor itu karena terdesak kebutuhan sehari-hari.

            Saat itu, Fian dan kelompoknya merencanakan pencurian motor tersebut sudah direncanakan dengan sangat matang. “Kita akan mencuri motor di rumah itu

            Rupanya, kelompok Fian telah mencuri sudah sangat lama. Tetapi, kelompok Fian sungguh tidak bisa terdeteksi keberadaanya oleh polisi. Banyak warga resah karena tidak bisa mengetahui siapa pelaku pencuri tersebut.

            Rupanya untuk kali ini Fian dan kelompoknya merasakan dinginnya jeruji besi. Kali ini dia tidak tahu pencuriannya akan dipergoki warga.

            Berawal dari keinginan mencuri motor milik tetangganya sendiri. Ketika itu, kelompoknya sudah merencanakan pencurian tersebut. “Sasaran empuk kita biasa bro, rumah mewah itu. Tapi kita curi saja motornya. Katanya sih motornya berharga hampir 1 milyar” kata Fian dengan semangat.

            Untuk kali ini Fian dan kelompoknya mencuri pada siang hari. Karena biasanya dia mencuri pada saat malam hari. Karena alasan di rumah sasarannya jika siang tidak ada orang. Kebanyakan jika siang penghuni rumah bekerja dan pulang malam.

            Belum sampai dia mencuri motor, Fian dan kelompoknya dipergoki oleh warga. Kenapa?? Karena jika siang penghuninya jaramg di rumah. Tetapi kali ini kok ada suara dari dalam rumah. Kecurigaan warga makin terasa ketika terdengar suara samar ”ini dia sasarannya”. Ada warga yang menelpon polisi dan memberitahukan bahwa ada pencurian. Sesaat, polisi datang dan mengepung rumah. Warga akhirnya membuka paksa pagar rumah.

            Fian dan kelompoknya panik dan lari ke belakang rumah untuk kabur. Warga memang tidak bisa menangkap Fian dan kelompoknya. Tetapi polisi telah mengepung dari belakang.

            “Angkat tangan kalian. Jika tidak akan kutembak kau” Ujar salah seorang polisi. Fian dan kelompoknya tak berkutik. Sesaat, dia mencoba melarikan diri. Tetapi, tembakan sebuah peluru mengenai kakinya. Masih beruntung temannya bisa lolos.

            “Aduh kakiku” kata Fian merintih kesakitan.”Angkat tanganmu” kata salah seorang polisi. Fian akhirnya dia digelandang ke kantor polisi. Untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya, dia dihukum 5 tahun penjara. Fian yang mendengarkan langsung menangis menyesali diri.

            Orang tuanya yang dating juga menangis karena anaknya telah berbuat yang tidak terpuji. Apalagi ibunya sangat menyesal. Orang tua Fian baru  menyadari jika selama ini Fian mencuri untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

            “Tapi juga tidak mencuri jika ingin memenuhi kebutuhan sehari-hari. Itu namanya makan uang haram. Makan uang haram merupakan dosa dimata Allah SWT “ Ibu Fian menasihati.

“Maaf bu, Fian salah. Fian terjerumus teman Fian yang telah lama mencuri. Aku ingin bertaubat bu” Fian tersedu.

            “Tidak ada kata terlambat untuk bertaubat. Lebih baik mulai sekarang dari pada tidak sama sekali” Ibu Fian menasihati lagi.

            Sejak di dalam penjara, dia rajin ibadah. Membantu teman sesame di penjara.

            Sudah 5 tahun berlalu, terpegoknya gembong Fian, dia mulai melupakan segalanya.

            Ketika keluar penjara, Fian mulai membantu orang tuanya dengan cara halal. Dia sudah tidak mencuri. Dia mulai di jalan yang benar.

            Teman Fian yang dulu kabur ketika Fian tertangkap, mulai tertangkap dan masuk penjara juga akhirnya.

            Tidak ada yang menyangka, Fian yang sebelumnya mencopet, kini berubah.
            Fian menjalani harinya dengan melupakan semua  yang telah terjadi. Sungguh, waktu yang bahagia sekaligus mengh

No comments:

Post a Comment